Searching...
Senin, 03 September 2012

Bentuk-bentuk Kemungkaran dalam Walimah

19.40
 Banyak masyarakat muslim yang masih cenderung mengikuti adat yang berlaku di kalangan masyarakat tanpa mengetahui dasar maupun dalilnya, dan tanpa mempedulikan apakah itu diperbolehkan dalam syariat atau malah dilarang. Boleh saja menjalankan sesuai adat dengan catatan penting "selama adat  itu tidak bertentangan dengan syariat". Dan yang lebih baik tentunya adalah mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, karena Allah telah menegaskan bahwa sungguh telah ada contoh yang baik pada diri Rasulullah.
Dalam pembahasan ini, kami bermaksud untuk menyadarkan kaum muslimin bahwa beberapa hal dalam adat itu salah dan harus diberhentikan. Adat-adat itu yang harus diberhentikan itu antara lain:

1.      Undangan yang Mubadzir
            Banyak orang yang berlaku isrof (berlebih-lebihan) dalam mencetak undangan pernikahan. Undangan boleh saja bagus. Namun hendaknya tidak berlebihan. Karena nanti toh juga akan terbuang. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menegaskan dalam ayat-Nya yang artinya: "Dan janganlah kalian berbuat isrof (berlebih-lebihan), sesungguhnya Allah itu tidak suka dengan orang yang berlebih-lebihan". (QS. Al-A'raf: 31)

2.      Waktu Pengadaan Walimah
            Inilah fakta kesalahan yang banyak terjadi dan justru menjadi kebanggaan tersendiri di mata kalangan masyarakat kita; berlomba-lomba mengadakan acara walimah semegah-megahnya dan waktu selama mungkin. Padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya: "Walimah di hari pertama itu hak, di hari kedua itu ma'ruf (kebaikan), dan di hari ketiga itu sum'ah dan riya' ". (HR. At Tirmidzi)
            Qotadah, seorang tabi'in mengatakan: pada suatu kali Sa'ad bin Musayyab (seorang tabi'in senior) diundang ke suatu walimah. Di hari pertama, beliau datang mengijabahinya. Begitu pula di hari kedua. Namun di hari ketiga, beliau tidak datang dan bahkan mengomentari: itu merupakan acara ahli kesombongan dan riya'.

3.       Siapa yang Diundang
            Dalam suatu hadits disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Seburuk-buruk makanan adalah makanan walimah yang dihalangi darinya orang-orang yang mau mendatanginya, dan hanya diundang orang-orang yang enggan mendatanginya…". (HR. Muslim)
            Maksud hadits di atas adalah bahwa makanan dalam walimah akan menjadi seburuk-buruk makan apabila yang diundang menghadiri acara tersebut hanyalah orang-orang kaya yang biasanya mereka tidak mau datang karena sudah terbiasa makan enak. Sedangkan orang-orang miskin yang tidak biasa makan enak dilarang untuk mendatanginya.

4.      Periasan Pengantin
            Acara walimah identik dengan berdandan dan bersolek. Berdandan itu tidak salah selama itu dilakukan dalam batas-batas syariat. Allah swt. Berfirman menghikayatkan perkataan iblis: "Dan pasti akan aku sesatkan mereka dan akan kubangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan kusuruh mereka memotong telinga binatang ternak lalu benar-benar mereka memotongnya dan akan aku suruh mereka mengubah ciptaan Allah, lalu mereka benar-benar mengubahnya…..". (QS. An Nisa: 119)
            Ayat ini menjelaskan tentang janji syaithon bahwa ia akan membuat manusia mengubah-ubah ciptaan Allah. Termasuk di dalamnya adalah mengerok alis, mengikir gigi, menyambung rambut, memakai pemerah bibir, dsb. Apa yang disuruhkan syaithon tidak pernah merupakan hal baik bagi manusia, karena syaithon selamanya adalah musuh manusia.

5.      Ikhtilath (berbaur laki-laki dan perempuan ajnabi)
            Islam mengajarkan kepada umatnya adanya jarak antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahromnya. Rasulullah  shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya: "Sungguh kepala salah satu dari kalian lebih baik ditusuk dengan jarum dari besi daripada dia menyentuh perempuan yang tidak halal baginya" (HR. At Thabaraniy)
            Tidak mustahil persentuhan itu akan terjadi jika tidak dibedakan antara tempat tamu undangan laki-laki dan perempuan. Oleh Karena itu, pengadaan walimah hendaknya memperhatikan yang hal yang demikian itu.

6.      Adat istiadat
            Ada adat-adat yang masih dipegang teguh oleh masyarakat sehubungan pernikahan, seperti: siraman (pengantin putri dimandikan di luar dengan "sumur pitu". Konon ini untuk membersihkan jiwa yang dan raga), midodareni (salah satu versi mengatakan maksudnya adalah bahwa pengantin putri harus tinggal di kamar dari pukul 6 sore sampai tengah malam ditemani anggota keluarga untuk memberi saran dan nasehat), wijidadi (pengantin laki-laki menginjak telur dengan kaki kanannya, sedangkan kaki perempuan kemudian mencuci kaki pengantin laki-laki). Konon artinya pengantin laki-laki sudah siap bertanggung jawab dan menjadi ayah, dan pengantin putri siap berbakti kepada suaminya, menggunakan kembar mayang yang diyakini memiliki makna tertentu. Ada keyakinan bahwa jika adat-adat seperti ini tidak dilakukan maka akan ada kesialan yang terjadi.
            Padahal Rasulullah saw. telah melarang kita bertathoyyur, yaitu menganggap sesuatu membawa sial atau membawa untung. Karena yang demikian itu termasuk perbuatan syirik. Rasululllah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya:
"Thiyaroh itu adalah kesyirikan, dan setiap orang pasti pernah terlintas di dalam hatinya sesuatu dari hal ini, hanya saja Allah menghilangkan dengan ketawakkalan (seseorang) kepadaNya". (HR. Abu Daud)

            Setelah membaca beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan walimah di atas, kita sebagai muslim yang tentu selalu ingin mentaati perintah Allah, marilah kita berusaha sekuat tenaga memerangi hawa nafsu kita untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya agar Allah meridloi kita. Kita niatkan amalan kita, dalam hal ini adalah pengadaan walimah, dengan tujuan melaksanakan perintah Allah dan bukan untuk berbangga-bangga atau ingin mendapatkan keuntungan materi yang lebih besar. Karena kenikmatan dan kesenangan yang ada di dunia ini hanyalah sesaat dan tidak akan kekal. Jangan sampai kita ridlo dengan kenikmatan yang sesaat dibanding dengan kenikmatan yang abadi. Kita harus berfikir lebih jauh untuk kebahagiaan akhirat kita. Karena kenikmatan akherat itulah kenikmatan yang hakiki.
            Dalam kehidupan bermasyarakat, mungkin pernah tebersit di hati kita rasa malu atau tidak percaya diri atau merasa ketinggalan jaman ketika menyelisihi adat yang terjadi di lingkungan kita. Tidak perlu kita merasa hina atau malu apabila acara walimah yang ingin kita adakan tidak sesuai kebiasaan atau mungkin akan dikatakan ketinggalan zaman serta komentar-komentar lain yang sebenarnya menjerumuskan. Hal-hal demikian itu sebenarnya adalah bisikan-bisikan syaithon untuk menggelincirkan orang-orang yang ragu menjalankan perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Karena memang syaithon telah berjanji akan menyesatkan manusia. Sesungguhnya memang di akhir zaman ini, sedikit sekali yang mau menghidupkan sunnah Rasulullah  shallallahu 'alaihi wa sallam. Orang-orang yang konsisten menghidupkan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mungkin akan dikatakan sebagai orang yang aneh dan asing. Yang demikian itu adalah sesuatu yang wajar terjadi karena memang zaman ini sudah banyak berubah dan jauh dari zaman yang dihiasi sunnah Rasulullah  shallallahu 'alaihi wa sallam .
            Bila ada manusia yang mengomentari bahwa kita adalah makhluk yang asing karena masih berpegang teguh mengikuti aturan Allah dan Rasulullah, maka tidak usah kita layani komentar itu. Anggaplah itu seperti gonggongan anjing yang segera berlalu. Justru seharusnya ketika kita dibilang orang aneh atau asing  itu membikin kita senang dan bangga. Karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda bahwa Islam datang dalam keadaan asing, dan dia akan kembali dalam keadaan asing pula, maka beruntunglah untuk orang-orang yang asing, yaitu orang-orang yang masih konsisten menjalankan sunnah di kala sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sudah banyak ditinggalkan.
            Akhirnya kepada Allah jualah kita memohon pertolongan agar Allah senantiasa membimbing kita serta melembutkan hati-hati kita untuk selalu konsisten dalam berpegang teguh menjalankan aturan Islam ini secara kaffah. Aamiin ya Mujibas Saa-iliin. Wa Billahit Taufiq

0 komentar:

Posting Komentar